Jumat, 15 Oktober 2010
Sabtu, 15 Mei 2010
Memahami Pentingnya Grooming dalam Penampilan Prima
Grooming berasal dari kata wellgromed yang berarti berpenampilan serasi,yaitu penampilan seseorang yang terjaga dan selalu rapi. Jadi grooming dalam penampilan prima adalah penampilan diri seorang petugas yang terjaga dan selalu rapi pada saat dia bekerja memberikan pelayanan kepada kolega dan pelanggan.
Pada zaman modern sekarang ini, penampilan serasi sudah menjadi tuntutan untuk semua orang. Karena rasa percaya diri seseorang akan lebih besar dengan penampilan yang serasi. Bagaimana kita bersikap dan memperlakukan diri kita sendiri akan tercermin ketika orang lain menilai kita, dan akan menimbulkan kesan positif dari orang lain, hal itu antara lain: baik dari cara berpakaian, cara berdandan, cara berhias, gaya berjalan, cara makan, cara minum serta cara berbicara merupakan unsur yang sangat penting dalam berpenampilan menarik dan serasi.
Berpenampilan menarik adalah salah satu kunci sukses dalam bekerja, terutama bidang pekerjaan yang sering berhubungan dengan orang lain atau masyarakat luas, sehingga memberi respon yang positif dan percaya. Penampilan diri yang baik dan menarik, selain harus didukung oleh penampilan luar, juga harus didukung dan timbul dari dalam diri kita.
Dalam pelaksanaan pelayanan prima, sikap yang harus ditonjolkan oleh kita pada saat melayani kolega dan pelanggan harus mencerminkan perangai simpatik, sehingga pelanggan merasa senang dan bangga dilayani.
Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam berpenampilan yang serasi dan menarik yaitu:
- Tata Cara Berbusana Serasi / Berpakaian yang Baik
Cara berbusana yang baik merupakan ciri khusus, memancarkan kepribadian dan kewibawaan bagi seseorang yang memakainya, dari cara berbusana, seseorang dapat dinilai kepribadiannya, tingkat pendidikannya, lingkungan dan seleranya.
Berbusana serasi harus meliputi pula pilihan yang tepat yang berhubungan dengan kepribadian dan pembawaan si pemakai, mampu menyesuaikan dengan kebutuhan, adat-istiadat, lingkungan/suasana pada saat memakainya.
Kiat-kiat dalam berbusana antara lain mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
- Bahan
- Ukuran
- Potongan
- Perawatan
- Style
- Harga
Sedangkan yang mendasari tata busana antara lain:
- Usia : kanak-kanak, remaja, dewasa
- Bentuk tubuh : berkaitan dengan tinggi badan dan berat badan
- Warna kulit : gelap (hitam), putih, kuning, sawo matang
- Cuaca : terang, redup, dingin, panas
- Jenis pertemuan : Pakaian untuk dinas (official), pakaian resmi(formal),
pakaian tidak resmi (casual), pakaian bepergian (traveling), pakaian rekreasi (leisure).
Busana Kerja
Busana kerja harus mampu mencerminkan kepribadian dan profesi kita, maka dalam memilih busana kerja harus mempertimbangkan beberapa hal, antara lain:
- Kepantasan dan keserasian model.
- Citra diri yang ingin ditampilkan.
- Variasi model dan warna yang enak dilihat.
- Kerapihan busana kerja.
- Tata Cara Berhias Serasi / Berdandan
Berhias dengan serasi dimulai dari riasan wajah (make up). Make up bukan hanya rias wajah, melainkan mencakup perawatan kulit muka agar bersih dan berseri-seri. Penggunaan bahan make up yang cocok merupakan perawatan dasar wajah anda. Biasakan dengan satu jenis / merek make up sehingga wajah anda tidak rusak karena kulit anda harus terus-menerus menyesuaikan diri dengan produk make up yang baru. Merias wajah hars dilakukan sewajar mungkin (natural) sesuai dengan kesempatan /keperluan dan pembawaan anda. Jangan berdandan terlalu menor namun jangan juga melupakan riasan sehingga wajah terlihat sangat pucat, kita wajib mengetahui cara merawat dan menata rias wajah yang tepat dan benar.
Dalam berhias hendaknya harus mematuhi aturan-aturan tertentu. Hendaknya wajah anda kelihatan semulus mungkin, tetapi tidak kelihatan bahwa memakai make up.
Cara-cara berhias serasi, antara lain:
1). Pakailah alas bedak seperlunya, sekedar untuk menutup noda-noda dan ciri-ciri yang ada di wajah, sehingga wajah tampak halus dan rata, nunggu kering setelah itu baru memakai powder (bedak tabur).
2). Make up atas mata (eyeshadow), pemerah pipi (blusson) pilihlah warna yang serasi dengan ciri pembawaan atau disesuaikan dengan warna baju, jangan lupa memakai eyeliner.
3). Lipstik jangan terlalu tebal, warna disesuaikan dengan warna kulit, usia, waktu.
4). Parfum untuk siang hari sebaiknya pilih aromanya yang lembut, malam boleh sedikit keras.
- Kelengkapan dan Keserasian Memakai Aksesoris
Pernak pernik kelengkapan dalam berbusana disebut aksesoris. Pakailah perhiasan / aksesoris secukupnya saja atau sedikit mungkin tidak usah berlebihan dan disesuiakan dengan busana yang dipakai, atau keperluan / kesempatan yang akan di hadiri.
Macam-macam aksesoris antara lain:
- kerudung
- selendang
- scraf
- ikat pinggang
- tas
- sepatu
- sandal
- kaos kaki / stocking
- sarung tangan
- perhiasan (giwang, kalung, cincin, gelang, jam tangan, bros dan lain-lain).
Dari warna, bentuk, ukuran dan lain-lainnya, semua harus mengikuti aturan-aturan yang ada. Hal-hal yang biasanya harus diperhatikan antara lain; Usia, Bentuk tubuh, Warna baju, Jenis pertemuan, Ukuran, Bahan, Harga dan lain-lainnya.
Jumat, 16 April 2010
KEPEMIMPINAN
Pengertian Kepemimpinan
Menurut George R. Terry, bahwa Kepemimpinan itu adalah Aktivitas untuk mempengaruhi orang-orang supaya diarahkan mencapai tujuan-tujuan organisasi.
Menurut Miftah Thoha, pengertian Kepemimpinan adalah Suatu kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang-orang agar mau bekerja sama untuk mencapai tujuan.
Menurut Howard H. Lloyt, pengertian Kepemimpinan adalah Seni untuk mempengaruhi tingkah laku manusia, kemampuan membimbing orang.
Selain itu juga Kepemimpinan adalah Sebagai seni kemampuan mempengaruhi manusia dan mengendalikan orang lain agar rela dan mau mengikuti keinginan menajemen untuk tercapainya tujuan yang telah ditentukan.
Intisari Pengertian Kepemimpinan
Pengertian kepemimpinan bisa timbul karena ada unsur-unsur :
1. Adanya orang yang dipengaruhi
2. Adanya orang yang mempengaruhi
3. Orang yang mempengaruhi itu mengarahkan kepada orang-orang yang dipengaruhi kepada pencapaian suatu tujuan yang telah ditetapkan
Pendekatan Kepemimpinan
Ada 4 Pendekatan Kepemimpinan yaitu :
1. Pendekatan Sifat
2. Pendekatan Perilaku
3. Pendekatan Kontingensi
4. Pendekatan Terpadu
Dalam hal pendekatan tersebut diatas, Penulis hanya akan menguraikan tentang Kepemimpinan dilihat dari Pendekatan Kontingensi.
3. Pendekatan Kontingensi.
Beberapa pendekatan termasuk kelompok pendekatan perilaku berdasarkan perbandingan bahwa untuk mengurus organisasi dapat dilakukan dengan perilaku tunggal untuk segala situasi yang disebut pendekatan satu jalan terbaik.
Sedangkan hal ini tidak mungkin mengingat tiap-tiap organisasi memiliki ciri khusus dari tiap organisasi yaitu unik. Dari permasalahan yang timbul berbeda-beda, baik masalahnya, lingkungannya, situasinya dan pejabat-pejabatnya, tidak mungkin dipimpin dengan perilaku tunggal untuk segala situasi.
Sedangkan seharusnya dari perbedaan yang ada cara penyelesaiannya harus berbeda-beda pula maka muncul pendekatan yang disebut “contingency approach” atau pendekatan kontingensi yang berarti pendekatan kemungkinan. Karena situasi yang berbeda juga harus dihadapi dengan perilaku kepemimpinan yang berbeda pula, maka disebut juga “situational approach” atau pendekatan situasional.
Pendekatan kontingensi oleh Fred Luthans dituangkan sebagai hubungan “ jika ….., maka …..”, “jika” merupakan variabel lingkungan, “maka” merupakan variabel bebas, sedangkan manajemen biasanya merupakan variabel tergantung.
Diantara pendekatan kontingensi yang terkenal antara lain :
1. Pendekatan kontingensi dari Fiedler
Merupakan model kontingensi ini lain dari pada yang lain yang dikenal Grand Daddy, berpendapat :
- Tidak ada seorang pun yang dapat menjadi pemimpin yang berhasil hanya dengan menerapkan satu macam gaya untuk segala situasi. Pemimpin yang berhasil menjalankan kepemimpinannya jika menerapkan berbagai gaya kepemimpinan yang berbeda-beda pula.
- Ada 3 sifat situasi yang mempengaruhi efektifitas kepemimpinan seseorang abtara lain :
a. Hubungan pemimpin dan anggota merupakan variabel yang sangat kritis dalam menentukan situasi yang menguntungkan.
b. Derajat susunan tugas sangat penting bagi situasi yang menguntungkan.
c. Kedudukan kekuasaan pemimpin yang diperoleh melalui kewenangan formal merupakan dimensi kritis yang ke. 3 dari situasi.
2. Pendekatan kontingensi dari Reddin
Disebut Dimensional Model, menghubungkan adanya 3 keterangan gaya kepemimpinan yaitu :
a. Gaya dasar
b. Gaya efektif
c. Gaya tidak efektif dalam satu kesatuan
Berdasarkan adanya prilaku kepemimpinan yang berorientasi pada tugas masing-masing keteangan gaya kepemimpinan tersebut dibagi menjadi 4 macam gaya, antara lain :
1. Kelompok gaya dasar menjadi :
a. Gaya pemisah
Pemimpin yang menerapkan gaya ini tampak gaya prilaku beroreintasi baik terhadap orang maupun terhadap tugas.
b. Gaya pengabdian
Pemimpin yang menerapkan gaya ini tampak gaya prilaku beroreintasi rendah terhadap orang dan berorientasi tinggi terhadap tugas.
c. Gaya penghubung
Pemimpin yang menerapkan gaya ini tampak gaya prilaku beroreintasi terhadap orang dan rendah terhadap tugas.
d. Gaya terpadu
Pemimpin yang menerapkan gaya ini tampak gaya prilaku beroreintasi tinggi baik terhadap orang maupun terhadap tugas.
2. Dari kelompok gaya efektif juga dapat dibagi menjadi antara lain :
a. Gaya birokrat
Pemimpin yang menerapkan gaya ini tampak pada prilaku berorientasi rendat terhadap orang maupun tugas.
b. Gaya otokrat bijak
Pemimpin yang menerapkan gaya ini tampak pada prilaku berorientasi rendah terhadap orang dan berorientasi tinggi terhadap tugas.
c. Gaya pengembang
Pemimpin yang menerapkan gaya ini tampak pada prilaku berorientasi tinnggi terhadap orang dan rendah terhadap tugas.
d. Gaya executive
Pemimpin yang menerapkan gaya ini tampak pada prilaku berorientasi tinggi terhadap orang maupun terhadap tugas.
3. Kelompok gaya tidak efektif antara lain :
a. Gaya pelari
Pemimpin yang menerapkan gaya ini tampak pada prilaku berorientasi rendah terhadap orang maupun terhadap tugas.
b. Gaya otokrat
Pemimpin yang menerapkan gaya ini tampak pada prilaku berorientasi rendah terhadap orang dan tinggi terhadap tugas.
c. Gaya penganjur
Pemimpin yang menerapkan gaya ini tampak pada prilaku berorientasi tinggi terhadap orang dan rendah terhadap tugas.
d. Gaya kompromiser
Pemimpin yang menerapkan gaya ini tampak pada prilaku berorientasi tinggi terhadap orang maupun terhadap tugas.
3. Pendekatan kontingensi dari Tannenbaun dan Schmidt
Menurut mereka ada 3 faktor yang perlu mempertimbangakan dalam memilih gaya kepemimpinan antara lain :
1. Kekuatan pemimpin
Latar belakang kehidupan pribadi, pendidikan, nilai-nilai kehidupan yang dihayati, kecerdasan, penghakiman dan kemampuannya.
2. Kekuatan bawahan
- Tidak ketergantungan dan kebebasan bertindak
- Ingin memiliki pertanggung jawaban dalam membuat keputusan
- Memihak pada tujuan orang
- Memiliki pengertian yang cukup
- Memiliki pengalaman dengan pemimpin sebelumnya
- Pengetahuan banyak dan cukup pengalaman
3. Kekuatan Situasi
- Bagaimana suasana organisasi yang dihadapi
- Bagaimana sifat dan tugas kelompok kerja kompak
- Bagaimana faktor lingkungan kondusif
Dari ketiga kekuatan situasi apabila semuanya berjalan kompak dan lingkungan kondusif maka pemimpinya bergaya demokratis.
4. Pendekatan kontingensi model kepemimpinan Farris
Pengaruh terhadap prilaku pemimpin bisa datang dari bawahan dan apabila dari pemimpin dapat disalurkan suasana berbeda antara ke dua sumber tersebut. Meningkatkan ketepatan macam prilaku pemimpin tergantung pada 5 faktor antara lain :
1. Wewenang pengawasan mengenai masalah yang ada
2. Wewenang anggota kelompok mengenai masalah-masalah yang dihadapi
3. Pentingnya penerimaan masalah dari pemberian keputusan
4. Pentingnya penerimaan keputusan pada anggota kelompok
5. tekanan waktu
5. Pendekatan kontingensi dari Paul Hersey dan Kenneth. H. Nlanchard
Bahwa berdasarkan pendekatan situasional tiada satu jalan terbaik untuk mempengaruhi orang atau tiada satu jalan terbaik untuk memimpin. Pendekatan situasi didasarkan atas hubungan antara perilaku tugas, perilaku hubungan, serta tingkat kematangan bawahan.
Atas dasar kombinasi antara perilaku tugas dan perilaku hubungan oleh Paul Hersey dan Kenneth. H. Nlanchard dibedakan atas 4 gaya kepemimpinan yaitu :
1. “Telling”
Ini merupakan gaya kepemimpinan dengan ciri-ciri :
- Tinggi tugas dan rendah hubungan
- Pemimpin memberikan perintah khusus
- Pengawasan perilaku secara ketat
- Pemimpin menerangakan kepada bawahan apa yang harus dikerjakan, bagaimana cara mengerjakan, kapan harus dilaksanakan pekerjaan itu dan dimana pekerjaan itu harus dilakukan
Gaya kepemimpinan “Telling” disebut pula dengan gaya 1 atau G1.
2. “Selling”
Ini merupakan gaya kepemimpinan dengan ciri-ciri :
- Tinggi tugas dan tinggi hubungan
- Pemimpin menerangkan keputusan
- Pemimpin memberikan kesempatan untuk penjelasan
- Pemimpin masih banyak melakukan pengarahan
- Pemimpin mulai melakukan komunikasi dua arah
Gaya kepemimpinan “Selling” disebut pula dengan gaya 2 atau G2.
3. “Participating”
Ini merupakan gaya kepemimpinan dengan ciri-ciri :
- Tinggi hubungan dan rendah tugas
- Pemimpin dan bawahan saling memberikan gagasan
- Pemimpin dan bawahan sama-sama membuat keputusan
Gaya kepemimpinan “Participating” disebut pula dengan gaya 3 atau G3.
4. “Delegating”
Ini merupakan gaya kepemimpinan dengan ciri-ciri :
- Rendah hubungan dan rendah tugas
- Pemimpin melimpahkan pembuatan keputusan dan pelaksanaan kepada bawahan
Gaya kepemimpinan “Delegating” disebut pula dengan gaya 4 atau G4.
Mengenai tingkat kematangan dapat diikuti pendapat bahwa tingkat kematangan bawahan terdiri dari dua dimensi yaitu “job maturity” (kematangan kerja) dan “psychological maturity” (kematangan jiwa). Kematangan kerja hubungannya dengan “willinggness” (kemauan).
Tingkat kematangan bawahan diperinci menjadi 4 tingkat yaitu :
1. Tingkat kematangan rendah, yang diberikan kode M1, dengan ciri-ciri :
- Tidak mampu dan tidak mau atau tidak mantap
2. Tingkat kematangan rendah ke tingkat kematangan madya, yang diberi kode M2, dengan ciri-ciri :
- Tidak mampu tapi mau atau yakin
3. Tingkat kematangan madya ketingkat kematangan tinggi, yang diberi kode M3, dengan ciri-ciri :
- Mampu tapi tidak mau atau tidak mantap
4. Tingkat kematangan tinggi, yang diberi kode M4, dengan ciri-ciri :
- Mampu/cakap dan mau/yakin
Keempat macam tingakat kematangan bawahan tersebut dapat ditunjukan dengan gambar sebagai berikut :
Kematangan Bawahan
1. “Telling” atau G1 tepat untuk mempengaruhi perilaku bawahan yang tingkat kemampuannya rendah (M1)
2. “Selling” atau G2 tepat untuk mempengaruhi perilaku bawahan yang berada pada tingkat kematangan dari tingkat rendah ke tingkat madya (M2)
3. “Participating” atau G3 tepat untuk mempengaruhi perilaku bawahan yang berada pada tingkat kematangan dari tingkat madya ke tingkat tinggi (M3)
4. “Delegating” atau G4 tepat untuk mempengaruhi perilaku bawahan yang berada pada tingkat kematangannya tingkat (M4)
PENEMUAN / STUDI TENTANG KEPEMIMPINAN
Ada 5 studi tentang kepemimpinan :
1. Studi Kepemimpinan IOWA
2. Studi Kepemimpinan OHIO
3. Studi Kepemimpinan MICHIGAN
4. Teori X dan Y
5. Jaringan manajerial ( Manajerial Frid )
1. Gaya kepemimpinan menurut Universutas IOWA (AS)
a. Otokratis / Otoriter
Keuntungan :
Kecepatan serta ketegasan dalam pembuatan keputusan dan bertindak sehingga untuk sementara produksi mungkin bisa meningkat
Kelemahan :
Menimbulkan suasana kaku, tegang dan mencekan bahkan menakutkan sehingga bisa berakibat timbulnya ketidakpuasan bahkan bisa merusak moral, meniadakan inisiatif bawaan, menimbulkan permusuhan, bawaan banyak absen dan mungkin bisa timbul pemogokan.
b. Demokratis
Keuntungan :
- Output mungkin tidak setinggi pada gaya otoriter tapi kualitasnya tinggi dan masalah-masalah yang dihadapi hampir tidak ada karena antara pimpinan dan bawahan saling memberikan saran dan pendapat.
- Semua orang dalam orang dianggap sangat penting didalam menyumbangkan gagasan adalah ide dalam pengambilan dan keputusan.
- Pimpinan memperhatikan pandangan bawahan bahkan memberikan bantuan jika timbul masalah-masalah.
- Keputusan yang diambil lebih objektif dan punya rasa memiliki organisasi baik bawahan dan pimpinan karena meraka merasa punya andil dalam organisasi.
Kelemahan :
Keputusan dan tindakan kadang-kadang lamban, rasa tanggung jawab kurang dan keputusan yang diambil kadang-kadang bukan keputusan yang terbaik.
c. Laissez Faire
2. Studi Kepemimpinan menurut Universitas OHIO
Dibedakan oleh dua perilaku kepemimpinan yaitu:
a. Struktur Tugas (Iniating Structur)
Perilaku kepemimpinan menurut struktur tugas mempunyai ciri-ciri:
1. Mengutamakan tercapainya suatu tujuan
2. Mementingkan produksi yang tinggi
3. Mengutamakan penyelesaian tugas menurut jadwal yang telah ditetapkan
4. Lebih banyak melakukan pengarahan
5. Pelaksanaan tugas melalui prosedur yang ketat
6. Pengawasan dilakukan secara ketat
7. Penilaian terhadap pejabat dinyatakan semata-mata berdasarkan hasil kerjanya atau prestasi kerjanya
b. Perilaku kepemimpinan menurut tenggang rasa memppunpyai ciri-ciri:
1. Memperhatikan kebutuhan bawahan
2. Berusaha menciptakan suasana saling percaya dan saling menghargai
3. Memiliki sikap bersahabat dan simpati terhadap bawahan
4. Menumbuhkan peran serta bawahan dalam pembuatan keputusan dan kegiatan danlain-lain
5. Lebih mengutamakan pengarahan diri, mendisiplinkan diri, mengawasi diri
3. Studi Kepemimpinan Universitas Michigan
Dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
a. The job centered (terpusat pada tugas)
b. The employee centered (terpusat pada pegawai)
Garis Kontinum
Perilaku yang berpusat ____________________ perilaku yang berpusat
Pada pekerjaan pada pegawai
____________________________________ memperhatikan kedua-duanya
Perbedaan OHIO dan MICHIGAN
1. Hubungan antara dua perilaku yang ditemukan perilaku st dan sk berdiri bebas tidak saling mempengaruhi
2. Sedangkan tp pekerjaan dan tp pegawai saling berhubungan sebagai suatu kontinum (suatu garis lurus yang diawali dengan titik terppusat pada pekerjaan dan siakhiri dengan tes pada pegawai)
Seorang pimpinan yang terpusat pada pekerjaan dengan derajat yang tinggi mengakibatkan perhatian kepada pegawai rendah, sebaliknya pimpinan yang terppusat pada pekerjaan dengan derajat yang rendah mengakibatkan perilaku terpusat pada pegawai tinggi.
Sebaliknya perilaku pimpinan yang terpusat pada pekerjaan rendah akan berhasil pada pekerjaan yang kurang tersusun karena pegawai tidak mempunyai tugas secara rinci, okl perilaku pimpinan yang terpusat pada pegawai lebih efektif .
4. Teori X dan Y
Teori ini ditemukan oleh Dauglas Mc Gregor
Teori X
a. Kebanyakan orang secara alami menentang bekerja dan bersifat malas karena itu harus diberi motivasi atau rangsangan dari luar
b. Tujuan kebanyakan orang dan organisasi bertentangan karena itu orang harus dan organisasi bertentangan karena itu orang harus diarahkan, diberi motivasi, dipaksa dan diawasi agar mau mempertanggungkan kesamaam mereka dengan kebutuhan organisasi.
c. Kebanyakan orang harus didorong terutama setara ekonomi
d. Kebanyakan orang mencari keamanan dan terhindar dari tanggung jawab, perlu diberi pengarahan oleh manajer.
e. Perilaku pekerja didasarkan pada irasional (rasional)
Teori Y
a. Kebanyakan orang senang akan bermacam-macam pekerjaan dan secara sukarela berupaya dengan kekuatan mental dan fisik untuk bekerja
b. Kebanyakan orang mempunyai alasan-alasan lain daripada alasan uang dalam bekerja
c. Kebanyakan orang mempu mengarahkan dan mengawasi pekerjaan merka sendiri dalam mencapai organisasi yang diharapkannya
d. Kebanyakan orang bersedia menerima bahkan berusaha menerima tanggung jawab yang dilakukan
e. Kebanyakan orang mampu menunjukakn kreaativitas dan kecerdasannya daripada mereka bekerja dalam ikatan organisasi
5. Studi Kepemimpinan Menurut Managerial Grid (jaringan manajerial)
Dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
a. Perilaku pemimpin yang menaruh perhatian terhadap produk (concer for production)
Ciri-cirinya : Sama dengan struktur tugas dari Universitas OHIO
b. Perilaku pemimpin yang menaruh perhatian terhadap orang (concern for people)
Ciri-cirinya : Sama dengan tenggang rasa pada Universitas OHIO
Gaya kepemimpinan menurut Managerial Grid
a. Pemimpin yang berperilaku memberikan perhatian rendah terhadap produksi maupun orang disebut manajemen yang memiskinkan (liberal), (laissez faire manajerial)
b. Pemimpin yang berperilaku memberikan perhatian rendah terhadap produksi dan memberikan tinggi terhadap pegawai disebut manajemen perkumpulan desa (cauntry club management)
c. Pemimpin yang berprilaku yang memberikan perhatian yang tinggi terhadap produksi dan memberikan perhatian rendah terhadap pegawai disebut manajemen tugas (otoriter), (test off outoritariant management)
d. Pemimpin yang berprilaku yang memberikan perhatian madya baik terhadap produksi maupun orang maka disebut manajemen jalan tengah (midle off the road management)
e. Pemimpin yang berperilaku memberikan perhatian yang tinggi baik terhadap produksi maupun orang dinamakan manajemen tim atau demokratis (team off democratic management)
- TEORI DAN TEHNIK KEPEMIMPINAN
Teori dan tehnik kepemimpinan mencakup :
Latar Belakang sejarah pemimpin dan kepemimpinan
Kepemimpinan timbul sejak manusia lahir, namun baru diterapkan kedalam teori-teori ilmiah sejak abad ini atau muncul kepemimpinan sejak keberadaban manusia ada yaitu sejak terjadinya kerjasama antar manusia (adanya unsur-unsur yang memimpin dan dipimpin).
Teori Kepemimpinan
Teori kepemimpinan ini banyak para ahli mengemukakan, salah satunya yaitu menurut G. R. Terry :
- Teori Otokratis
- Teori Psikologis
- Teori Sosiologi
- Teori Suportif
- Teori Laisser Faire
- Teori Perilaku Pribadi
- Teori Sifat
- Teori Situasi
- Teori Humanistis/Populastik
Asal Usul atau Sebab Musabab Munculnya Pemimpin
Ada tiga teori yang menonjol dalam menjelaskan munculnya pemimpin yaitu :
1. Teori Genetis atau Hereditas
Bahwa pemimpin timbul karena bakat yang dibawa sejak lahir, atau memang terlahir untuk menjadi seorang pemimpin.
2. Teori Sosial
Bahwa menjadi seorang pemimpin itu karena didik dan dilatih.
Dan setiap orang bisa menjadi seorang pemimpin melalui pendidikan dan didorong oleh kemauan sendiri.
3. Teori Ekologi atau Sintentis
Bahwa pemimpin itu selain bakat yang dibawa sejak lahir juga karena bakat-bakat tersebut dikembangkan melalui latihan dan pendidikan yang sesuai dengan lingkungan juga karena diberi kesempatan.
Tipe-Tipe (Tipologi Kepemimpinan)
1. Tipe Otokratis (Otoriter)
Ciri-cirinya :
a. Menganggap organisasi yang dipimpinnya sebagai militer pribadi
b. Mengidentikan atau menyamakan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi
c. Menganggap bawahan sebagai alat
d. Tidak mau menerima kritik, saran, pendapat
e. Terlalu bergantung kepada kekuasaan formal
f. Sering menggunakan pendekatan yang mengandung unsur paksaan dan bersifat menghukum
2. Tipe Militeristik
Ciri-cirinya :
a. Dalam menggerakkan bawahan sistem perintah yang sering digunakan
b. Dalam mengerakkan bawahan senang bergantung kepada pangkat dan jabatan
c. Senang kepada formalitas yang berlebihan
d. Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari para bawahan
e. Sukar atau tidak mau menerima kritik
f. Menggermari upacara
3. Tipe Paternalistik
Ciri-ciri :
a. Menganggap bawahan tidak mampu melakukan sesuatu
b. Bersikap terlalu melindungi
c. Jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil keputusan
d. Jarang memberikan kesempatan untuk mengembangkan kreatifitas
e. Sering bersikap maha tahu
4. Tipe Kharismatis
Ciri-ciri :
Pemimpin yang memiliki kharisma, maka memiliki kesetiaan dan tanggung jawab.
5. Tipe Demokratis
Ciri-ciri :
a. Di dalam menggerakkan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu mahluk
b. Selalu berusaha menyelaraskan kepentingan dan tujuan organisasi dengan tujuan pribadi
c. Mau menerima saran, pendapat, kritik dari bawahan
d. Mengutamakan kerjasama dalam mencapai tujuan
e. Memberikan kebebasan kepada bawahan, memperbaiki kesalahan dan mengharapkan tidak berbuat kesalahan lagi
f. Berupaya untuk menjadikan bawahan lebih sukses dari dirinya
Pemimpin demokratis dapat digolongkan menjadi 2 yaitu :
a. Pemimpin demokratis tulen
Pemimpin demokratis tulen itu merupakan pembimbing baik bagi kelompoknya karena menyadari bahwa tugasnya adalah mengkoordinasikan pekerjaan dan tugas dari semua anggotanya, dengan menekankan rasa tanggung jawab dan kerjasama yang baik kepada setiap anggotanya. Dia tau, bahwa organisasi bukanlah masalah “pribadi atau individual” akan tetapi kekuatan organisasi terletak pada partisipasi aktif setiap anggota. Dia mau mendengarkan nasihat dan sugesti semua pihak dan mampu memangfaatkan keungulan setiap orang seefektif mungkin pada saat yang tepat. Organisasi yang dipimpinya akan terus berjalan lancar sekalipun dia tidak ada ditempat. Sebab otoritas sepenuhnya didelegasikan kebawah, sehingga semua orang merasa pasti dan aman, juga merasa senang menunaikan tugas-tugasnya.
Kepemimpinan demokratis biasanya berlangsung secara mantap, dengan adanya gejala-gejala sebagai berikut :
- Organisasi dengan segenap bagian-bagiannya berjalan lancar sekalipun pemimpin tersebut tidak ada dikantor
- Otoritas sepenuhnya didelegasikan kebawah dan masing-masing orang menyadari tugas serta kewajibanya, sehingga mereka merasa senang-puas pasti, dan aman menyandang setiap tugas kewajibannya.
- Mengutamakan tujuan-tujuan kesejahteraan pada umumnya dan kelancaran kerja sama dari setiap anggota kelompok
- Dengan begitu pemimpin demokratis berfungsi sebagai katalisator untuk mempercepat dinamisme dan kerjasama, demi pencapaian tujuan organisasi dengan cara yang paling cocok dengan jiwa kelompok dan situasinya.
- Pemimpin demokratis biasanya dihormati dan dihargai, dianggap sebagai simbol kebaikan karena bersedia kerjasama dengan semua anggota kelompok.
- Pemimpin demokratis tidak berusaha menjadi majikan, semua anggota kelompok bisa bertemu muka dan bertukar pikiran setiap waktu.
- Pemimpin demokratis biasanya mempunyai kemampuan mengumpulkan banyak informasi dan kebijaksanaan dari semua anggota kelompok dan bisa memanipulir semuanya dengan efektif.
b. Pemimpin demokratis palsu atau pura-pura (pseudo – demokratis)
Pemimpin demokratis palsu atau pura-pura (pseudo – demokratis) pada umumnya mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
Dia memang berusaha untuk bersikap demokratis. Akan tetapi dia berkarakter lemah, selalu bimbang tidak mempunyai pendirian maka penampilannya tidak jauh berbeda dengan si “baby autocrat” (otokrat bayi). Dan bersifat lebih sentimentil. Dia sering merasa “berdosa” dan ingin bertobat. Tetapi pada saat dia berhati lapang ia menggangap semua orang sebagai “orang sendiri atau dalam”, dengan semboyan “kita semua adalah satu keluarga besar yang bahagia”. Sedangkan pada saat-saat dia berhati muram maka munculah kemunafikan dan macam-macan sifat kelicikan.
1. Tipe Laisser Faire (Bebas)
Ciri-ciri :
a. Pimpinan melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan
b. Keputusan lebih banyak dibuat oleh para bawahan
c. Pimpinan hanya komunikasi apabila diperlukan kepada bawahan
d. Hampir tidak ada pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan terhadap bawahan.
e. Prakarsa atau inisiatif selalu datang dari bawahan dan hampir tidak ada pengarahan dari pimpinan
f. Peranan pimpinan sangat sedikit dalam kegaiatn kelompok
g. Tanggung jawab keberhasilan dipikul oleh orang seorang
Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan menurut Ralp White dan Ronald Lippitt ada tiga gaya kepemimpinan yaitu :
1. Gaya Otoriter
Jika seorang pemimpin dalam bertindak keras dan tegas harus dilaksanakan, yang bersalah dihukum dan tidak boleh membantah (gaya pemimpinnya otokratis)
2. Gaya Demokratis
Simpatik, ada interaksi timbal balik, membina hubungan yang serasi antara bawahan dan atasan (gaya pemimpinnya demokratis)
3. Gaya Laisser Faire
Seorang pemimpin yang sifatnya membiarkan anggotanya bekerja sendiri, bekerja secara bebas, tanpa kontrol dan tidak ada hukuman.
Syarat-Syarat Umum Kepemimpinan
Syarat-syarat umum kepemimpinan adanya faktor dan unsur-unsur yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin.
1. Faktor yang menentukan dalam, kepemimpinan
a. Faktor Situasional
b. Faktor Individual
c. Faktor Daya Dukung
2. Unsur-unsur yang penting harus dimiliki oleh pemimpin :
a. Adanya kekuasan atau power
Otoritas dan legalitas yang memberikan wewenang untuk mempengaruhi dan menggerakkan bawahan untuk berbuat sesuatu
b. Adanya kewibawaan atau authority
Kelebihan atau keunggulan keutamaan sehingga mampu membawahi atau mengatur orang lain sehingga patuh dan bersedia melakukan perbuatan tertentu
c. Adanya kemampuan atau ability
Kesanggupan, kekuatan, kecapakan dan keterampilan tehnis maupun sosial yang melebihi dari kemampuan orang biasa
d. Adanya popularitas atau popularity
e. Adanya pengikut atau follower
Orang atau kelompok anggota yang mendukung secara loyalitas yang tinggi
Tehnik Kepemimpinan
1. Kemampuan dan keterampilan teknis pemimpin dalam menerapkan teori-teori kepemimpinan ditengah praktek kehidupan dan dalam organisasi tertentu, dan
2. Melingkupi konsep-konsep pemikiran, perilaku sehari-hari serta peralatan yang digunakan
Fungsi-Fungsi Kepemimpinan
1. Sebagai penentu arah
2. Sebagai wakil dan juru bicara organisasi
3. Sebagai komunikator yang efektif
4. Sebagai mediator yang andal
5. Selaku integrator
Sifat-Sifat Kepemimpinan
1. Menurut G. R. Terry ada 10 sifat yaitu :
a. Kekuatan
b. Satbilitas emosi
c. Pengetahuan tentang relasi insani
d. Kejujuran
e. Objektif
f. Golongan pribadi
g. Keterampilan berkomunikasi
h. Kemampua mengajar
i. Keterampilan
j. Kecakapan teknis atau kecakapan manajerial
2. Sifat-sifat kepemimpinan yang dikehendaki masyarakat (menurut hasil survey di Amerika Serikat)
a. Sikap demokratis
b. Penuh vitalitas
c. Memiliki kerahtamahan
d. Penuh antusias
e. Simpatik
f. Terpercaya
3. Sifat-sifat kepemimpinan yang tidak dikehendaki masyarakat (menurut Harsoyo)
a. Sifat acuh tak acuh
b. Berpandangan sempit
c. Penakut
d. Rasa atau emosional
e. Egois
f. Aneh dan sekehendak hati
g. Keras kepala